Wednesday, October 31, 2007

Report

Malem. KL 22.13 waktu setempat.
Skrg lagi di Kuala Lumpur. Nungguin penerbangan ke Amsterdam. Gila booo... Bandaranya gede banget, pake 'Aerotrain' lagi untuk pindah terminal! Keren abis, so buat pindah terminal tinggal tunggu kereta di dalam bandara. Bersih, cepet n keren boz. Kapan ya di Indonesia kaya gini he3...
Lha sekarang i lg nemuin & nyobain fasilitas free internet, tinggal langsung main aja di tengah2 terminal, gak pake ijin or bayar2, udah gitu cepet lagi koneksinya!. Sori gak bisa lama2. Meski sepi, ada aja tg antre.
Jam 23.45 waktu setempat nanti i akan berangkat ke Amsterdam naik Malaysian Airlines (kalo gak delay tapi). Bosen banget naik pesawat, i udah dari jam 2 tadi siang naik pesawat ke Jakarta, terus sambung ke Kuala Lumpur. N rencananya, i akan di Eropa selama 2 minggu. Dari Belanda, Austria, Jerman, Cezch Rep akan i samperin, mungkin juga ada rencana laen>????
Ok dah, nanti i kabarin lagi ya... Kalo dah nemu public internet service lagi or yang gratisan lagi disana he3... Peace out.

Thursday, October 25, 2007

Hepi B'day Pren ! Sabina.

My pren. Hepi Bday sob! Jangan sedih sendirian di sana yaa.. Ehem, semoga langgeng ma itu tuh... Awas, keburu trlalu tua he3.. Kuliah lancar n yahh, all ur dream will come true. Gitu deh! Salam buat keluarga yoo. Doa-q menyertaimu. Peace. Gbu.

Tuesday, October 23, 2007

Nguuueeenggg !!!

Tak dapat dipungkiri kesadaran berlalu-lintas kita masih sangat-sangat-sangat-sangat rendah! Rata2 dalam satu hari saya menempuh jarak kurang lebih 50 – 80 km dengan sepeda motor. Tiap hari selalu saja begitu buuaannnnyyaaakkk pelanggaran yang terjadi, baik pelanggaran ringan hingga kelas berat yang terkadang mengakibatkan kecelakaan. Ironisnya, kejadian2 ini seperti biasa saja dan telah ‘mendarah daging’ sehingga jika tidak dilakukan maka seperti ada yang ‘kurang’. Bukan berarti saya orang yang sempurna, tapi saya berusaha menjadi ‘lebih baik’ dan ‘nggak ikut2an’ kalo gak bener. Saya mau berbagi sebagian dari berbagai pelanggaran yang bisa ditemui di jalanan setiap harinya:

1. Lampu belok (turn sign) adalah aksesoris alias hiasan belaka. Gak usah dihidupkan kalo mau belok
atau berhenti. Emang jalan milik kakeknya!?!?!
2. Jalan pelan2 tapi minta didahulukan. Jalan pelan2 tapi di tengah2 jalan (jalur cepat) & gak mau minggir
jika ada kendaraan yang lebih cepat sehingga terpaksa didahului dari kiri!
3. Meski sudah diperingatkan, dikampanyekan hingga ditindak tegas bagi pelanggarnya, aturan untuk
menyalakan lampu utama bagi pengendara motor di siang hari juga sering tidak dipatuhi! Anggapannya, siang2
kok pake lampu. Saya sering ditertawakan & diejek teman2 karena selalu menyalakan lampu motor saya di
siang hari sejak hari pertama kampanya safety riding buat motor di Bali hingga sekarang! Sebel deh! Oya,
sekarang ini, jika anda berkendara dari Nusa Dua ke Denpasar (sekitar hampir 30 km) dan menemui 10 motor
yang menyalakan lampu utama di siang hari maka ‘’’selamat!!!’’’ anda beruntung!
4. Mendahului di garis tidak putus atau di tikungan, berada diluar garis saat berhenti di ‘traffic light’ atau
malah menerobosnya, berkendara tanpa membawa surat2.
5. Memutar balik di t4 yang dilarang putar balik.
6. Mengendarai motor di trotoar (alasannya macet!).
7. Berhenti di jembatan atau di t4 dengan larangan berhenti (terkenal dengan rambu ‘S’ dicoret) atau malah
parkir di tempat tersebut (berhenti aja gak boleh apalagi parkir!),
8. Pengendara sepeda gayung boleh menerobos ‘traffic light’, alasannya gak pake mesin kan gak perlu ikut
aturan itu & capek kan kalo harus nunggu bareng kendaraan bermotor. Lha kalo ketabrak siapa yang disalahin?
Capek deh!
9. Budaya antre (antri) juga merupakan salah satu budaya yang paling sulit diajarkan dan diterapkan. Lihat
aja kalo lagi macet, pada rebutan ambil bahu jalan biar langsung nyerobot ampe depan! Ni juga pengalaman
pribadi, kalo lagi antre ‘drive thru’ di salah satu restoran cepat saji, sudah terlalu sering kali saya melihat
pengendara motor menyerobot giliran mobil yang udah antre duluan. Di SPBU apalagi!!!! Gak usah ditanya deh!
10.Saya juga ingat ditertawakan orang tua saya sendiri saat memakai ‘seat belt’ alias sabuk pengaman waktu
naik mobil sejak pertama kali saya belajar nyetir mobil ‘beneran’ tahun 1999-an. Tapi saya terus tidak pernah
tidak memakainya meski saat itu kampanye pengguanaan sabuk pengaman belum digalakkan. Jawaban saya
simpel jaman itu, “saya pengen nyetir mobil di Eropa”. Sekarang, disaat kampanye begitu gencar, dari saat itu
hingga detik ini saya belum pernah lupa memakai sabuk pengaman saya jika di mobil, bahkan jika saya duduk
di bangku belakang (jika ada sabuk-nya). Ironisnya, saya selalu saja menemui orang2 yang “malas” pasang
sabuk pengaman, pasang sabuk tapi tidak sampai terkunci, pasang sabuk tapi kedodoran/gak pas, salah
pasang, yang lebih parah lagi gak pake sabuk tapi tidak merasa bersalah!
11.Perasaan saya langsung tidak karuan, jantung saya berdetak kencang dan buru2 pulang jika saya lupa
membawa SIM atau surat kendaraan. Tapi lucunya saya sering menemui teman saya yang jika menghadapi
kejadian yang sama dengan saya malah bilang “ah gpp, udah biasa”. Gila! Kebiasaan buruk apalagi yang
mereka miliki????
12.Parkir tidak teratur. Parkir di depan jalan masuk rumah atau gang atau jalan. Parkir tidak pada tempatnya.
Intinya parkir semaunya sendiri. Ah gak usah ditanya. Jika anda ‘tidak berhasil’ menemui kejadian itu di
jalan, itu baru luar biasa!
13.Saya punya pengalaman menarik mengenai ‘kejadian aneh’ ini. Mobil kami ditabrak oleh pengendara motor
yang menerobos ‘traffic light’. Sekali lagi, ditabrak. Hebatnya, justru kami yang disalahkan karena dianggap
mobil lebih besar dari motor sehingga jika terjadi kecelakaan maka mobil pasti yang salah salah atau “obyek”
yang lebih besar pasti yang salah. Aturan dari mana tuh? Tahu UU lalu lintas gak? Waktu bikin SIM kita diberi
lho buku panduan lalu lintas, dapet gak? Ato waktu itu bikin SIM pake calo or ‘nyogok’ so tinggal foto doang &
SIM keluar? Pantes kalo gak ngerti aturan yg bener. Hebat ya!
14.Di t4 tinggal saya saat ini, Bukit Jimbaran, setiap hari jika ditotal mungkin saya menemui lebih dari 50
pengendara motor tanpa helm di jalan umum tiap hari. Lebih hebat lagi, buannnyyyaaak sekali pengendara
tanpa helm tersebut adalah anak2 (baik laki2 or perempuan) yang masih kecil2, paling2 masih SD – SMP. Sedih
sekali melihat kenyataan pahit ini. Lebih sedih lagi, kebanyakan dari rekan2 mahasiswa disini juga sering
‘berkeliaran’ dengan motor tanpa pake helm di jalan besar dengan alasan “kan cuman beli makan disitu”; “ah,
ini kan jalan kampus”; “deket kok perginya, gak usah pake helm’; “cuman mo isi bensin aja kok mesti pake
helm”. Perlu diketahui jalan ini sekarang merupakan jalan utama dengan lebar lebih dari 10 meter, banyak
tanjakan dan turunan curam dan cukup banyak catatan kecelakaan besar terjadi disini yang beberapa harus
merengut korban jiwa. Jika generasi ini aja udah ‘rusak’, ya susah kedepannya! Coba renungkan peringatan
dari salah satu produsen helm dan piranti keselamatan paling terkenal di dunia, six six one (661) berikut ini:
“Kasus cidera kepala serius atau kematian telah didokumentasikan pada kecelakaan dengan kecepatan
dibawah 20 mil/jam (sekitar 32 km/jam) bahkan ketika memakai helm!”. Wow!

Fakta lainnya, dalam 1 bulan saya melihat kecelakaan lalin (live! Dengan mata kepala sendiri) sekitar 3 – 4 kali. Ini artinya nyaris 1 minggu sekali & yang terlihat oleh saya, belum yang gak terlihat. Banyak juga truk pengangkut batu kapur yang sering menjatuhkan ‘kenang-kenangan’ bagi pengguna jalan lainnya berupa ‘hujan’ batu2 kapur atau ‘ranjau jalan’ berupa batu kapur (lagi!). Tidak sedikit pula ‘mereka’ yang berjalan terlalu lambat di jalur cepat tanpa memperhatikan kondisi pengguna jalan lain di belakangnya, uniknya kebanyakan dari ‘mereka’ tetap cuek, tidak mau tahu atau justru marah ketika diklakson atau didahului. Keluar dari jalan kecil gak pake lihat2 langsung nyelonong juga kerap ditemui!!!
Nah yang ini perlu sedikit pembahasan tersendiri. Ehem.. Ehem.. Kejadian ini bukan yang pertama kali ini tapi baru beberapa hari yang lalu terjadi lagi dan nggak simpatik sama sekali! Tidak banyak orang yang tidak tahu dengan Harley Davidson, motor gede dengan suara dhuar2!! Ato glegar2!! Keren abis & mahalnya minta ampun, tapi ya tetap aja sama, motor. Saya tidak habis pikir saat pemimpin rombongan (padahal rasanya bukan rombongan, orang gak nyampe 10 motor koq) memutar balik (dari arah lawan) di by pass dekat airport dan menghentikan arus kendaraan dari arah saya dengan lampu strobo dan sirine layaknya polisi. Mereka berkendara dengan ugal2an dengan ‘pemimpinya’ yang pake sirine & lampu strobo layaknya polisi itu ‘memecah’ jalan yang sangat padat bahkan nyaris macet sore itu. Yang membuat saya tidak habis pikir (lagi), mengapa ‘oknum’ yang bukan polisi itu dibolehkan memakai aksesori polisi, mengawal rombongan layaknya polisi dan berkendara layaknya ‘pemilik jalan’??????????? Setahu saya, menurut aturan yang berlaku, yang berhak dan diperbolehkan mengawal adalah patroli pengawal (patwal) yaitu pihak kepolisian atau DLLAJ. Yang berhak dan diperbolehkan memakai sirine dan strobo (lampu kayak polisi red.. lampu biru-merah itu lho) ya hanya pihak kepolisian (termasuk juga ambulance), sebab jika masyarakat umum diperbolehkan memakainya maka semua akan memakai dan ‘minta didahulukan’, kan repot jadinya! Lha ini bukan polisi, bukan DLLAJ, apalagi ambulance, jelas2 bukan, kok bisa make? Gak dikenakan sanksi lagi!?!? Apa kalo motor ‘besar’ boleh pake? Gak adil, kan sama2 motor juga! Bagian yang bikin sebel, mereka berkendara dengan main pepet kanan-kiri supaya minggir, kira2 kalo mereka yang saya pepet lalu saya suruh minggir karena saya mau lewat mereka marah gak ya he3… Sekali lagi, gak simpatik sama sekali.
Disini saya bukan bermaksud menghakimi atau berniat menjelek-jelekkan pihak tertentu, tapi justru saya sedih karena semua kejadian-kejadian diatas adalah ‘menu’ sehari-hari. Saya cuman berpikir, jika masalah yang sederhana seperti diatas saja kita tidak bisa memperbaikinya, gimana dengan hal2 yang besar? Gak usah ngomong KKN, apalagi masalah negara! Kalo yang berakar dari diri sendiri & sederhana aja gak bisa ngatasin, jangan harap masalah yang lebih besar bisa diatasi. Mulailah berubah dari diri sendiri melalui hal2 kecil di sekeliling kita.

Terakhir. Setelah berpengalaman lebih dari 6 tahun bergelut dengan lalu-lintas Denpasar saya dapat memberikan kesimpulan berikut:
“Menyelam di seluruh perairan Indonesia. Penerbangan Jakarta – Denpasar 2x seminggu. Kompetisi Moto GP dan Formula 1. Mengikuti kompetisi downhill. Terjun payung. Main surfing, jetski, parasailing. Semua itu lebih aman dari berkendara dengan motor sehari-hari di Denpasar, sekian.”

Tuesday, October 16, 2007

My New Cellphone

Sudah beberapa hari ini saya memakai Samsung W579 sebagai pengganti hp saya terdahulu. Nggak ada rencana sebelumnya untuk beralih ke hp 'bongsor' ini. Sore itu saya iseng2 nanya hp dual mode keluaran Nexian (NX200D) di salah satu konter hp di Denpasar, barangnya ada & harganya Rp2,65 juta (belum nawar). Setelah dites & dicoba2, eh gak sreg dihati. Finishing-nya mirip hp2 keluaran nokia, sliding agak kasar & kualitas layar gak bagus (padahal ditulis 265K, kok jelek amat ya?, diperparah resolusinya rendah). Tapi harga lumayan menarik & yang utama buat saya ada bluetooth-nya coz saya kalo telfon pake cdma bisa berjam-jam so harus pake handsfree, nahhh saya gak suka yang pake kabel, ribet, jadi pake BT handsfree.
Kelar nanya2, saya kembali main2 ke konter hp t4 nongkrong saya. Ehh, gak ada angin gak ada hujan tau2 ada yang mo jual Samsung W579 2nd tapi super mulus. Emang gak komplit seeh. Cuman hp ama charger. Tapi yang saya butuhkan ya cuman hp ama chargernya, software & manual bisa didownload di situsnya Samsung, kabel data udah punya, stylus, handsfree bawaan & box gak butuh. Langsung deh cari2 info harga 2nd-nya. Di Jakarta, kondisi lengkap 2nd dibanderol sekitar Rp3,9-4 juta-an. Nah yang di sini ditawarin 3,1 juta. Mulai deh pikir2 lalu saya bilang, saya mo beli Nexian (tadi), saya bilang harga pasaran biasanya Rp2,5 juta baru, kalo harga 2nd Samsung-nya dibikin sama ama Nexian saya mau, kalo nggak ya saya beli yang Nexian aja.
Gak dinyana, orangnya mau! Ya, lumayan deh, sekarang jadi cuman bawa 1 hp aja. Meski agak besar tapi praktis. Daya tahan batre-nya lumayan, full charge bisa tahan ampe 3 hari untuk pemakaian normal. Sinyal bagus banget. Layar luar biasa gede. SMS responsif. Cuman sayang charger-nya kok gak seperti Samsung2 keluaran baru lainnya, colokannya gede & indikator baterai pakai LED warna merah atau hijau.
Tapi overall, gak nyesel sama sekali. Sekarang gak ribet lagi bawa2 dua hp kemana-mana.

Flying Joybook !

Bagi pemakai laptop keluaran Benq pasti tahu dengan Joybook. Ya, itu merupakan salah satu varian laptop keluaran Benq. Bukan mau promosi disini tapi ini memang benar2 terjadi. Joybook T31 milik saya yang saya beli seharga 8,8 juta (saya upgrade memori jadi 2GB & win xp original) sekitar 8 bulan lalu mengalami "kecelakaan" fatal. Laptop saya terbang dari ketinggian sekitar 1,3 meter dengan kecepatan sekitar 30 kpj, terhempas keras ke aspal tanpa pelindung apapun (tas, plastik, dsb) dari atas motor saya. Hebatnya (tapi sebel nih!) ia harus jatuh duluan tepat di pojok kiri depan (tempat hardisk!!!!) sebelum kemudian terlentang dan terseret dalam keadaan terbalik (bagian layar dibawah)!
Saat terjatuh reaksi saya cuma bisa pasrah! Tidak percaya, sekaligus kaget. Tapi untuk seseorang yang baru menghancurkan salah satu benda paling berharga miliknya, saya tergolong tenang saat itu. Saya tidak berteriak, jantung saya tidak berdebar2 kencang & sebenarnya jika harus rusak, saya berharap setidaknya hardisk jangan ikut rusak sebab buaaannnyyyaaakkk data2 penting milik saya didalamnya.
Casing bagian kiri depan pecah atau lebih tepatnya 'rompal' (untung pecahannya ketemu), casing belakang layar (atas) baret2 nggak karuan juga agak kebuka sehingga ada kabel yang keluar, selebihnya bisa dikatakan masih utuh!
Kabar bahagianya, dari kemungkinan lebih dari 90% jika laptop jatuh pasti mati, apalagi jika terjun bebas, begitu dihidupkan laptop saya langsung bekerja normal seperti tidak terjadi apapun! Ia baru saja mengambil peluang yang 10% itu alias selamat!
Lega rasanya meskipun saya terlebih dahulu harus melakukan serangkaian pengecekan menyeluruh terhadapnya. Mulai dari pengecekan fisik dengan menghidupkannya lalu mendengarkan dengan seksama jika ada suara2 diluar biasanya, cek hardisk dari kemungkinan bad sector atau masalah lainnya, hingga pengecekan apakah terjadi penurunan kinerja atau apakah ada gejala kelainan ketika bekerja dengan menjalankan program2 dan menghidupkannya terus dengan beban penuh hingga baterai habis. Sekali lagi, hebatnya, tidak ada masalah sama sekali. Semuanya seperti sebelum terjadi kecelakaan. Bahkan suara kelainan di hardisk (saat pertama kali dihidupkan setelah jatuh terdengar ada sedikit bunyi dengung) malah tidak ada lagi setelah beberapa kali pemakaian.
Meskipun senang, tapi saya masih heran bagaimana hardisk bisa selamat dari kejadian seperti itu mengingat saya punya pengalaman menghancurkan hardisk 2 kali dengan menjatuhkannya dari ketinggian 40 cm pada kecepatan 0 kpj, ya, nol kilometer per jam. Tepatnya ia jatuh dari atas kasur ke lantai!
Sampai detik ini masih tidak ada masalah apapun (semoga seterusnya juga tidak ada masalah he3...). Saya masih memakainya seperti biasa sebagai pengganti PC saya, dibawa keliling2 dalam kondisi panas atau hujan tanpa pandang bulu, sering dihidupkan lebih dari 12 jam sehari juga buat main game. Saya bersyukur sekali ia berhasil "survive" sebab dengan begitu saya jadi bisa posting lagi (",).

Sunday, October 7, 2007

Oh hell.. that’s gonna hurt !

Seperti yang telah dijanjiakan kemarin, hari ini kami harus ‘all out’ menguji coba kedua tunggangan kami. Dimulai pukul 8 pagi, selesai pukul 2 sore! Baru kelar main langsung ketik n diposting deh…
Tidur jam setengah 2 malam, bangun jam 5 pagi. Jam 8 kurang, teman2 (Davis + pasangannya & Sokran) datang Setelah sarapan + ehem2, rental toilet, kami langsung menuju target, Goa Gong.
Tiba disana, kami masih harus berjalan kaki menyisir trek yang akan kami lalui untuk menyingirkan batu dan duri yang bisa menjadi penghalang kami. Briefing sebentar, kami berdua turun bersamaan, saya di depan memandu laju, belum full speed, paling2 cuman 1/2 kecepatan penuh, pengenalan trek dulu sekalian memutuskan jalur mana yang harus diambil. Kelar, Davis melesat pertama. Hasilnya langsung out he3… Kenapa boz? Grogi ya? He3… Saya dan Davis mencoba berkali2 dan berlatih mencari jalur tercepat dan paling tepat untuk dilalui. Lintasannya tampak sepele & gampang. Tapi begitu melesat, keadaan jadi lain. Turunan tidak terlalu curam dipadu sudut turunan negatif ke kiri (lintasan miring ke kiri), kerikil dan batu lepas sebesar kepalan tangan dipadu beberapa drop2 kecil membuat Davis sering kehilangan kontrol. Ia selalu ‘lari’ ke kiri lintasan dan keluar trek. Belum genap 2 jam, ban belakang Procaliber yang dipakai Davis pecah, apes deh padahal baru diganti kemarin. Tidak masalah, masih ada sepeda saya, Reign. Kami bergantian memacunya. Eh, dasar memang lagi sial, sekarang ban depan si-Reign yang pecah setelah beberapa kali diajak jumping padahal saya memakai ban dalam standar DH keluaran Kenda. Yahhh… terpaksa saya harus pulang dan mengambil perkakas pengganti ban karena keputusannya si-Procaliber dibawa pulang saja dan ban dalamnya yang masih utuh diambil buat pengganti ban dalam Reign yang (juga) pecah!
15 menit kemudian, setelah beli makan siang, es jeruk & mengambil beberapa perkakas, saya dan Sokran tiba kembali di TKP dan langsung melaksanakan tugas mulia, mengganti ban dalam! Setelah itu, makan dulu ah! Biar abis ni bisa lebih semangat!
Benar juga, saking semangatnya kami kembali menyisir lintasan yang ada untuk memastikan tidak ada duri atau benda tajam lainnya yang menjadi penyebab hancurnya 2 ban dalam kami. Selesai menyisir, saya memutuskan untuk mencoba lintasan baru yang meskipun jaraknya sangat pendek tapi cukup curam, dan yang menyenangkan, ada bagian dimana saya harus melompat sambil sedikit berbelok sedangkan saya tidak bisa secara jelas melihat ‘landing point’! Setelah ‘terbang’ saya harus sedikit ke kiri lalu langsung ke kanan, semuanya tetap ‘full speed’! Saya lihat sebentar lintasannya, Davis menunggu di bagian bawah sebelah kiri, Sokran di kanan lintasan sambil membawa kamera. Dari garis start, saya mulai mengayuh sekuat tenaga. Semuanya berjalan lancar, kecepatan saya cukup tinggi (malah saya rasa ‘overspeed’), saya lihat gundukan tanah yang harus saya ‘hajar’ supaya saya terbang, saya lalui, sepeda terbang dengan roda depan saya angkat agak tinggi supaya saya bisa mendarat lebih lembut (soalnya gak kelihatan tempat mendaratnya boz) sambil saya belokkan ke kiri, mendarat dengan sukses sambil ‘sliding’ ke kiri TAPI…… entah bagaimana, saya kurang ke kiri dan saya sliding terlalu lebar, kemudian ban belakang saya nyangkut akar pohon di sebelah kanan lintasan. Saya hanya ingat saya terpental keras dengan wajah mengarah ke tanah terlebih dahulu! Sadar ini bakal sakit (kalo jatuh wajah duluan!) saya coba ‘memakai’ tangan kanan saya untuk menghajar tanah duluan dan berhasil! Telapak tangan saya menapak bumi diikuti siku kanan, bahu kanan dan selanjutnya saya tidak ingat hingga terakhir saya ‘tidur’ ke kiri dalam kepulan debu dan melihat sepeda saya salto, ya benar, salto, 2 kali di udara sebelum jatuh keras di dekat kaki saya dengan bagian roda depan terlebih dahulu! Bukannya kaget atau kesakitan, saya malah berteriak "Itu tadi direkam kan? Tadi kerekam kamera kan?", lalu saya tertawa. Mereka bilang saya sempat sekali ‘ditimpa’ sepeda saya sebelum ia harus terbang dan salto2 itu tadi he3… Bagian sialnya, Sokran tidak berhasil mengabadikan momen langka tersebut! Ia belum siap dengan kameranya saat saya meluncur. Saya terlalu cepat start! Yahhhh… mo gimana lagi.
Jempol kanan saya keseleo, siku kiri dan kanan ‘bocel2’ (yang kanan lebih parah), ada goresan2 di bahu kanan, punggung, pinggul kanan, betis kiri, dan beberapa tempat lainnya. Sepeda saya baik2 saja, cuma grip Funn yang baru saya beli beberapa hari yang lalu langsung ‘coel2 parah’ (sebel deh!), brake lever kiri agak bengok & babak belur, RD dan frame lecet2 (RD-nya agak parah sih) serta moncong helm 661 saya sedikit baret2 karena cium bumi. Syukur gpp mengingat saya nggak pake body protector mengingat tempat jatuhnya gak enak banget, iya kalo tanah empuk ato rumput, ini lha bukit cadas disertai tebaran batu kapur mulai sebesar kerikil hingga kepalan tangan, dan hebatnya, dari semua tempat jatuh yang ‘kira2’ enak, saya malah memilih di seonggok tebaran batu! Selama latihan, saya cuman pake pelindung helm full face 661, google Scott, sarung tangan Fox dan knee+shin guard 661. Bukannya males pake pengaman yang lain, tapi memang kenyataan gak punya!
Kelar insiden, kami masih ‘perang’ terus. Mentari yang bersinar terik bukan menjadi halangan (puanassssss polllll), saya sampai harus berkali2 melepas baju saya supaya dingin! Tidak tahu berapa bungkus es jeruk dan air mineral sudah habis kami tenggak tapi masih saja haus. Di tengah kelelahan yang kami hadapi, justru banyak hal2 lucu yang terjadi. Kami mengingat2 lagi saat beberapa kali Davis harus ‘out’ dari lintasan karena salah ambil jalur (tapi akhirnya lancar, yeeee, salut bro!) dan yang paling lucu sesaat setelah ia jumping lumayan tinggi dan harus berhenti, ia ngepot kemudian terjatuh tanpa sebab yang jelas. He3… kakinya (tulang kering) dihajar pedal, bengkak deh! Engkel kanan juga tak luput dari sasaran. Untung gak ada yang ilang ya bro he3…
Lompatan demi lompatan, nyoba jalu2 yang ada, latihan ambil jalur terus kami lakukan hingga pukul 2 sore, kami putuskan untuk pindah ke tempat di dekat kost saya untuk main2 saja sekalian latihan ‘drop off’ karena ada tempat yang lumayan menarik. Eh ternyata emang lagi nggak jodoh, dalam perjalanan, ban depan Reign saya mulai kempes lagi. Ya udah mau gimana lagi, batal deh lanjut latihan coz kehabisan stok ban dalam he3… Jadinya kami nongkrong di warung Bu Manun di dekat tempat kost saya sambil membahas beberapa insiden yang terjadi tadi, sesekali juga membayangkan betapa sakitnya tubuh kami untuk beberapa hari ke depan selain karena jatuh juga karena terbakar sinar matahari. Tidak lupa kami membeli minuman dingin untuk memberi kesejukan bagi kerongkongan kami yang sudah kering kerontang seperti gurun Sahara. Segerrrrrr !!!!!!

Friday, October 5, 2007

Dor! Dor! Dor!

Saya tidak bisa lupa kejadian sekitar 1 tahun yang lalu ini. Saya iseng jalan2 bersama teman saya Richard ke Hardy’s Sesetan, Denpasar. Keinginan kami cuma satu, membeli senapan replika di toko mainan anak2! He3… Kurang kerjaan ya? He3… Tapi dasar memang kurang beres, ya keputusan tetap bulat untuk membelinya. Malu booo saat masuk ke seksi mainan anak2, kami mesti putar otak supaya nggak malu-maluin. Kami terpaksa “menyamar” menjadi pegawai salah satu perusahaan yang ingin membelikan kado ulang tahun buat anak bos kami. He3… Richard berperan sebagai orang Filipina yang nggak bisa bahasa Indonesia, saya yang orang lokalnya.
Pilih, pilih, pilih, banyak juga pilihannya. Rasa malu campur pengen ketawa semakin besar saat penjaga stan datang dan menanyai kami, “ada yang bisa dibantu, mas?” Ancur deh! Sempet ragu beberapa kali karena bingung menjatuhkan pilihan, abis ada banyak n bagus2 sih.
“Dia nggak suka senjata yang kecil, sukanya yang besar”, itulah alasan kami saat pilihan jatuh pada replika senapan H&K GR36A. Rasanya pengen ketawa waktu itu!
Selesai membayar, kami langsung turun. Sambil menahan ketawa, kami berjalan cepat2 keluar toko dan langsung pulang! Mulai dari perjalanan pulang sampai di rumah, tertawa kami meledak! Kami merasa menjadi orang terbodoh saat itu dengan membawa senapan dari Denpasar – Nusa Dua.
Gak berhenti sampai disitu, besoknya kami membuat film dan foto2 meniru adegan pasukan khusus ketika melakukan penggrebekan.
Please… Grow up bro!

Thursday, October 4, 2007

Last Picture ?

Ini adalah foto terakhir yang diambil oleh Richard. Sepeda baru dirakit, tanpa penyesuaian atau pengenalan komponen langsung hajar habis. Tidak ada manipulasi dalam foto ini kecuali merubah warnanya saja. Dan inilah saat pertama kali dalam hidup, saya memakai fork triple clamp khusus DH. Foto diambil bulan Pebruari 2007 dengan kamera Lumix FZ50. Ada yang unik? Ya.. Kamera yang dipakai menjepret foto ini sudah laku, komputer yang digunakan untuk meng-edit foto juga sudah laku. Tidak ketinggalan helm Acerbiss dan frame Iron Horse yang dipakai sudah laku terjual juga.

Buset Deh !!!

Berlatih itu tidak harus jauh2 dari tempat tinggal. Itu prinsip saya. Sesekali mencari tempat latihan baru yang letaknya jauh dari tempat tinggal kita memang tidak ada salahnya. Tapi mengingat dana saya yang pas2an (huahahaha…) jadi ya cari aja seputaran sini. Buka mata & pikiran, bawa sekop or cangkul itu modalnya.
Tidak sampai 30 meter dari kost2an, saya sudah bisa iseng2 latihan drop off. Panjang lintasan sekitar 200 meter-an, ada 2 drop off, yang pertama tingginya 1,2 meter dengan tempat pendaratan landai dan yang kedua tingginya 1,65meter dengan tempat pendaratan datar. Kurang cukup? Adalagi di depan warung tempat langganan saya berbelanja (halo Bu Manun!), saya disa terbang 2 meter-an kalau mau, tapi harus rela mendarat di semak2. Lanjut jalan lagi 50 meter-an, sekali lagi ada drop 1,2 meter di depan warung Bu Ella. Itung2 lumayan buat melatih keberanian.
Masih kurang lagi?
Silahkan kembali jalan 500 meter, masuk ke parkiran kampus MIPA di belakang gedung rektorat Unud, start dari parkiran langsung drop sekitar 1 meter ke tanah kapur, masuk lintasan semen & melompati beberapa tangga lalu kembali ke lintasan tanah kapur sekitar 100 meter (nah disini banyak jumpingnya), tembus langsung ke lintasan semen lagi, naik trotoar & silahkan “terbang” lagi berkali2 saat melintasi tangga yang ada atau mau drop off 1,5 meter keluar lintasan juga bisa! Memang gak panjang sih lintasannya. Paling2 mentok 250 meter-an, tapi asyik buat mainan!
Mau godain satpam rektorat juga bisa, langsung aja ke depan pintu masuk gedung, ada tangga yang bisa dibuat mainan! Awas dikejar satpam!!!!!
Habis? Belum donk!!
Ada sedikitnya 3 tempat lagi dan semuanya ada di sekitar tempat kost saya! Goa Gong, depan tempat kost saya – teknik sipil, dam (bendungan). Semuanya enak buat mainan. Di Goa Gong saya bisa meluncur lumayan kencang ampe 45-an mph, tempatnya lumayan curam dan berbatu2, jalurnya ada banyak mulai dari yang landai ampe yang curam, jalur terpanjangnya cuman sekitar 400 meter. Nah di depan kost – teknik sipil memang gak curam, malah landai banget tapi cocok buat melatih fisik coz mesti ‘genjot’ terus ampe finish. Di bendungan juga asik buat mainan sekalian bisa nongkrong di bibir bendungan ato mo mancing juga ok2 aja, kalo berani juga bisa nyobain turun tangga super curam dari pinggir jalan. Tapi yang paling sering buat latihan ya yang cuman di sekitar kost saya he3.. Lha, enak tho. Memang gak bisa merasakan sensasi kecepatan tinggi berlama2 coz trek yang ada semuanya pendek2, jangan berharap bisa melucur hingga 1 km ato lebih, gak ada bozzz... Tapi gak pa2 tho, namanya juga main2. Dengan begini justru banyak sekali teknik yang bisa dipelajari & dikembangkan setiap hari karena saya tinggal mengeluarkan sepeda saya, pelintir badan ke kanan dan ke kiri, langsung sikat deh!
Awassss gedubrak!!!!!!

Wednesday, October 3, 2007

My Lovely Hard Tail, Gary & ???.

Belum pernah dibahas? Lha iya… memang.
Sebelumnya justru si-Giant Reign yang dibahas, padahal umurnya belum nyampe setengah tahun. Ngomong2, Gary ini umurnya dah lebih dari 11 tahun! Nah, dia inilah yang justru lebih banyak berperan mengembangkan skill saya. Kondisinya yang tanpa suspensi belakang justru menghasilkan pengendalian yang presisi dan responsif. Ketika berlatih saya justru menggunakan ban kecil (1.75-an) yang alhasil traksi ke medan kasar (rusak berat) justru minim. Kenapa???
Jawabannya simpel, saya cuman mau tahu sampai titik mana saya harus “memaksanya”. Gampangannya begini: kalau saya bisa mengendalikan sepeda “liar” dengan segala keterbatasannya ini dengan sempurna maka saya bisa jauh lebih sempurna lagi dengan Giant Reign saya. Ya tho..?!?! Pasti.
Bukan satu or dua kali saya harus panik saat out dari jalur yang seharusnya, jungkir balik saat menghajar gundukan, mencium bumi saat terlalu kencang berbelok, sliding tak karuan saat melindas batu sebesar kepalan tangan atau nyangkut di semak2 saat hilang kontrol di kecepatan tinggi. Tapi itu semua justru membuat saya semakin mahir berekspresi di atas Giant Reign saya. Lha hard tail aja bisa apalagi full suser.
Jadi saya seharusnya justru lebih berterima kasih kepada si Gary yang meski head tube-nya retak (jadi harus saya las & diberi pengikat baru supaya kuat) tapi masih setia “dipaksa” habis2an. Ia memang gak sebagus sepeda2 jaman sekarang, harganya-pun sekarang pasti sudah sangat-sangat-sangat-sangat hancur, tapi jasanya justru sangat besar sekali dalam meningkatkan skill saya. That’s my Gary Fisher Procaliber.

Tapi (lagi), hardtail yang satu ini juga tidak bisa dilepaskan dari perkembangan skill saya selama ini. Entah ini merek dan tipe apa?!?!?!? Bodinya besi, beratnya minta ampun tapi sangat stabil, buatan tahun 90-an. Sekarang memang sudah tidak saya pakai lagi (udah pensiun 2 tahun ini) setelah menjadi teman saya sejak 1996 – 2004. Modelnya yang eksotis menjadi daya tarik tersendiri dan dari semua frame yang saya miliki, ini yang paling enak & stabil ketika diajak rolling stopie! Great frame.

Monday, October 1, 2007

Kamikaze! modificated.

Apaan tuh? Gak pernah denger……..!
Ya jelas, emang bukan apa2 koq. Cuman buat kalangan sendiri. Tahun 2005, Fox mulai membuat beberapa aksesori /parts untuk sepedanya. Bukannya apa2, hal ini dilakukan karena tidak sanggup membeli yang asli. Proyek pertamanya adalah menaikkan travel fork RST Omega yang dibelinya seharga 585 ribu. Travel 100mm dirasa kurang, jadi fork terpaksa “dianiaya”. Pengerjaannya sebenarnya cukup sederhana, hanya mengganti batang stoper dengan yang lebih panjang dan mempertipis karet stoper. Kelar diukur travel naik menjadi sekitar 115mm. Memang gak terlalu berpengaruh, tapi lumayan lah.
Proyek berikutnya berkembang terus hingga sekarang mulai dari membuat deraileur hanger untuk thru axle dari aluminium, merubah crank single speed Suntour, baut model thru axle untuk hub quick release, caliper adaptor, Gary Fisher Procaliber reinforced head tubes, oversized bolt untuk crank Truvativ, bash guard dari plat aluminium, membuat floating disc caliper hingga roller chain guard dari teflon. Tak berhenti di sana, sekarang ini ia sedang mengutak-atik fork Marzochi Bomber triple clamp yang terpasang di Giant Reign-nya, rencananya fork yang dibeli dengan harga 2,9 juta tersebut dimaksimalkan lagi bagian rebound-nya. Semua ini dilakukan karena 1 alasan: uang! Ya, uang, maksudnya jika beli yang asli atau yang kelas atas harganya selangit, jadi terpaksa modifikasi atau bikin aja sendiri selagi bisa. Itulah Kamikaze! modificated.