Tak dapat dipungkiri kesadaran berlalu-lintas kita masih sangat-sangat-sangat-sangat rendah! Rata2 dalam satu hari saya menempuh jarak kurang lebih 50 – 80 km dengan sepeda motor. Tiap hari selalu saja begitu buuaannnnyyaaakkk pelanggaran yang terjadi, baik pelanggaran ringan hingga kelas berat yang terkadang mengakibatkan kecelakaan. Ironisnya, kejadian2 ini seperti biasa saja dan telah ‘mendarah daging’ sehingga jika tidak dilakukan maka seperti ada yang ‘kurang’. Bukan berarti saya orang yang sempurna, tapi saya berusaha menjadi ‘lebih baik’ dan ‘nggak ikut2an’ kalo gak bener. Saya mau berbagi sebagian dari berbagai pelanggaran yang bisa ditemui di jalanan setiap harinya:
1. Lampu belok (turn sign) adalah aksesoris alias hiasan belaka. Gak usah dihidupkan kalo mau belok
atau berhenti. Emang jalan milik kakeknya!?!?!
2. Jalan pelan2 tapi minta didahulukan. Jalan pelan2 tapi di tengah2 jalan (jalur cepat) & gak mau minggir
2. Jalan pelan2 tapi minta didahulukan. Jalan pelan2 tapi di tengah2 jalan (jalur cepat) & gak mau minggir
jika ada kendaraan yang lebih cepat sehingga terpaksa didahului dari kiri!
3. Meski sudah diperingatkan, dikampanyekan hingga ditindak tegas bagi pelanggarnya, aturan untuk
3. Meski sudah diperingatkan, dikampanyekan hingga ditindak tegas bagi pelanggarnya, aturan untuk
menyalakan lampu utama bagi pengendara motor di siang hari juga sering tidak dipatuhi! Anggapannya, siang2
kok pake lampu. Saya sering ditertawakan & diejek teman2 karena selalu menyalakan lampu motor saya di
siang hari sejak hari pertama kampanya safety riding buat motor di Bali hingga sekarang! Sebel deh! Oya,
sekarang ini, jika anda berkendara dari Nusa Dua ke Denpasar (sekitar hampir 30 km) dan menemui 10 motor
yang menyalakan lampu utama di siang hari maka ‘’’selamat!!!’’’ anda beruntung!
4. Mendahului di garis tidak putus atau di tikungan, berada diluar garis saat berhenti di ‘traffic light’ atau
4. Mendahului di garis tidak putus atau di tikungan, berada diluar garis saat berhenti di ‘traffic light’ atau
malah menerobosnya, berkendara tanpa membawa surat2.
5. Memutar balik di t4 yang dilarang putar balik.
6. Mengendarai motor di trotoar (alasannya macet!).
7. Berhenti di jembatan atau di t4 dengan larangan berhenti (terkenal dengan rambu ‘S’ dicoret) atau malah
5. Memutar balik di t4 yang dilarang putar balik.
6. Mengendarai motor di trotoar (alasannya macet!).
7. Berhenti di jembatan atau di t4 dengan larangan berhenti (terkenal dengan rambu ‘S’ dicoret) atau malah
parkir di tempat tersebut (berhenti aja gak boleh apalagi parkir!),
8. Pengendara sepeda gayung boleh menerobos ‘traffic light’, alasannya gak pake mesin kan gak perlu ikut
8. Pengendara sepeda gayung boleh menerobos ‘traffic light’, alasannya gak pake mesin kan gak perlu ikut
aturan itu & capek kan kalo harus nunggu bareng kendaraan bermotor. Lha kalo ketabrak siapa yang disalahin?
Capek deh!
9. Budaya antre (antri) juga merupakan salah satu budaya yang paling sulit diajarkan dan diterapkan. Lihat
9. Budaya antre (antri) juga merupakan salah satu budaya yang paling sulit diajarkan dan diterapkan. Lihat
aja kalo lagi macet, pada rebutan ambil bahu jalan biar langsung nyerobot ampe depan! Ni juga pengalaman
pribadi, kalo lagi antre ‘drive thru’ di salah satu restoran cepat saji, sudah terlalu sering kali saya melihat
pengendara motor menyerobot giliran mobil yang udah antre duluan. Di SPBU apalagi!!!! Gak usah ditanya deh!
10.Saya juga ingat ditertawakan orang tua saya sendiri saat memakai ‘seat belt’ alias sabuk pengaman waktu
10.Saya juga ingat ditertawakan orang tua saya sendiri saat memakai ‘seat belt’ alias sabuk pengaman waktu
naik mobil sejak pertama kali saya belajar nyetir mobil ‘beneran’ tahun 1999-an. Tapi saya terus tidak pernah
tidak memakainya meski saat itu kampanye pengguanaan sabuk pengaman belum digalakkan. Jawaban saya
simpel jaman itu, “saya pengen nyetir mobil di Eropa”. Sekarang, disaat kampanye begitu gencar, dari saat itu
hingga detik ini saya belum pernah lupa memakai sabuk pengaman saya jika di mobil, bahkan jika saya duduk
di bangku belakang (jika ada sabuk-nya). Ironisnya, saya selalu saja menemui orang2 yang “malas” pasang
sabuk pengaman, pasang sabuk tapi tidak sampai terkunci, pasang sabuk tapi kedodoran/gak pas, salah
pasang, yang lebih parah lagi gak pake sabuk tapi tidak merasa bersalah!
11.Perasaan saya langsung tidak karuan, jantung saya berdetak kencang dan buru2 pulang jika saya lupa
11.Perasaan saya langsung tidak karuan, jantung saya berdetak kencang dan buru2 pulang jika saya lupa
membawa SIM atau surat kendaraan. Tapi lucunya saya sering menemui teman saya yang jika menghadapi
kejadian yang sama dengan saya malah bilang “ah gpp, udah biasa”. Gila! Kebiasaan buruk apalagi yang
mereka miliki????
12.Parkir tidak teratur. Parkir di depan jalan masuk rumah atau gang atau jalan. Parkir tidak pada tempatnya.
12.Parkir tidak teratur. Parkir di depan jalan masuk rumah atau gang atau jalan. Parkir tidak pada tempatnya.
Intinya parkir semaunya sendiri. Ah gak usah ditanya. Jika anda ‘tidak berhasil’ menemui kejadian itu di
jalan, itu baru luar biasa!
13.Saya punya pengalaman menarik mengenai ‘kejadian aneh’ ini. Mobil kami ditabrak oleh pengendara motor
13.Saya punya pengalaman menarik mengenai ‘kejadian aneh’ ini. Mobil kami ditabrak oleh pengendara motor
yang menerobos ‘traffic light’. Sekali lagi, ditabrak. Hebatnya, justru kami yang disalahkan karena dianggap
mobil lebih besar dari motor sehingga jika terjadi kecelakaan maka mobil pasti yang salah salah atau “obyek”
yang lebih besar pasti yang salah. Aturan dari mana tuh? Tahu UU lalu lintas gak? Waktu bikin SIM kita diberi
lho buku panduan lalu lintas, dapet gak? Ato waktu itu bikin SIM pake calo or ‘nyogok’ so tinggal foto doang &
SIM keluar? Pantes kalo gak ngerti aturan yg bener. Hebat ya!
14.Di t4 tinggal saya saat ini, Bukit Jimbaran, setiap hari jika ditotal mungkin saya menemui lebih dari 50
14.Di t4 tinggal saya saat ini, Bukit Jimbaran, setiap hari jika ditotal mungkin saya menemui lebih dari 50
pengendara motor tanpa helm di jalan umum tiap hari. Lebih hebat lagi, buannnyyyaaak sekali pengendara
tanpa helm tersebut adalah anak2 (baik laki2 or perempuan) yang masih kecil2, paling2 masih SD – SMP. Sedih
sekali melihat kenyataan pahit ini. Lebih sedih lagi, kebanyakan dari rekan2 mahasiswa disini juga sering
‘berkeliaran’ dengan motor tanpa pake helm di jalan besar dengan alasan “kan cuman beli makan disitu”; “ah,
ini kan jalan kampus”; “deket kok perginya, gak usah pake helm’; “cuman mo isi bensin aja kok mesti pake
helm”. Perlu diketahui jalan ini sekarang merupakan jalan utama dengan lebar lebih dari 10 meter, banyak
tanjakan dan turunan curam dan cukup banyak catatan kecelakaan besar terjadi disini yang beberapa harus
merengut korban jiwa. Jika generasi ini aja udah ‘rusak’, ya susah kedepannya! Coba renungkan peringatan
dari salah satu produsen helm dan piranti keselamatan paling terkenal di dunia, six six one (661) berikut ini:
“Kasus cidera kepala serius atau kematian telah didokumentasikan pada kecelakaan dengan kecepatan
dibawah 20 mil/jam (sekitar 32 km/jam) bahkan ketika memakai helm!”. Wow!
Fakta lainnya, dalam 1 bulan saya melihat kecelakaan lalin (live! Dengan mata kepala sendiri) sekitar 3 – 4 kali. Ini artinya nyaris 1 minggu sekali & yang terlihat oleh saya, belum yang gak terlihat. Banyak juga truk pengangkut batu kapur yang sering menjatuhkan ‘kenang-kenangan’ bagi pengguna jalan lainnya berupa ‘hujan’ batu2 kapur atau ‘ranjau jalan’ berupa batu kapur (lagi!). Tidak sedikit pula ‘mereka’ yang berjalan terlalu lambat di jalur cepat tanpa memperhatikan kondisi pengguna jalan lain di belakangnya, uniknya kebanyakan dari ‘mereka’ tetap cuek, tidak mau tahu atau justru marah ketika diklakson atau didahului. Keluar dari jalan kecil gak pake lihat2 langsung nyelonong juga kerap ditemui!!!
Nah yang ini perlu sedikit pembahasan tersendiri. Ehem.. Ehem.. Kejadian ini bukan yang pertama kali ini tapi baru beberapa hari yang lalu terjadi lagi dan nggak simpatik sama sekali! Tidak banyak orang yang tidak tahu dengan Harley Davidson, motor gede dengan suara dhuar2!! Ato glegar2!! Keren abis & mahalnya minta ampun, tapi ya tetap aja sama, motor. Saya tidak habis pikir saat pemimpin rombongan (padahal rasanya bukan rombongan, orang gak nyampe 10 motor koq) memutar balik (dari arah lawan) di by pass dekat airport dan menghentikan arus kendaraan dari arah saya dengan lampu strobo dan sirine layaknya polisi. Mereka berkendara dengan ugal2an dengan ‘pemimpinya’ yang pake sirine & lampu strobo layaknya polisi itu ‘memecah’ jalan yang sangat padat bahkan nyaris macet sore itu. Yang membuat saya tidak habis pikir (lagi), mengapa ‘oknum’ yang bukan polisi itu dibolehkan memakai aksesori polisi, mengawal rombongan layaknya polisi dan berkendara layaknya ‘pemilik jalan’??????????? Setahu saya, menurut aturan yang berlaku, yang berhak dan diperbolehkan mengawal adalah patroli pengawal (patwal) yaitu pihak kepolisian atau DLLAJ. Yang berhak dan diperbolehkan memakai sirine dan strobo (lampu kayak polisi red.. lampu biru-merah itu lho) ya hanya pihak kepolisian (termasuk juga ambulance), sebab jika masyarakat umum diperbolehkan memakainya maka semua akan memakai dan ‘minta didahulukan’, kan repot jadinya! Lha ini bukan polisi, bukan DLLAJ, apalagi ambulance, jelas2 bukan, kok bisa make? Gak dikenakan sanksi lagi!?!? Apa kalo motor ‘besar’ boleh pake? Gak adil, kan sama2 motor juga! Bagian yang bikin sebel, mereka berkendara dengan main pepet kanan-kiri supaya minggir, kira2 kalo mereka yang saya pepet lalu saya suruh minggir karena saya mau lewat mereka marah gak ya he3… Sekali lagi, gak simpatik sama sekali.
Disini saya bukan bermaksud menghakimi atau berniat menjelek-jelekkan pihak tertentu, tapi justru saya sedih karena semua kejadian-kejadian diatas adalah ‘menu’ sehari-hari. Saya cuman berpikir, jika masalah yang sederhana seperti diatas saja kita tidak bisa memperbaikinya, gimana dengan hal2 yang besar? Gak usah ngomong KKN, apalagi masalah negara! Kalo yang berakar dari diri sendiri & sederhana aja gak bisa ngatasin, jangan harap masalah yang lebih besar bisa diatasi. Mulailah berubah dari diri sendiri melalui hal2 kecil di sekeliling kita.
Fakta lainnya, dalam 1 bulan saya melihat kecelakaan lalin (live! Dengan mata kepala sendiri) sekitar 3 – 4 kali. Ini artinya nyaris 1 minggu sekali & yang terlihat oleh saya, belum yang gak terlihat. Banyak juga truk pengangkut batu kapur yang sering menjatuhkan ‘kenang-kenangan’ bagi pengguna jalan lainnya berupa ‘hujan’ batu2 kapur atau ‘ranjau jalan’ berupa batu kapur (lagi!). Tidak sedikit pula ‘mereka’ yang berjalan terlalu lambat di jalur cepat tanpa memperhatikan kondisi pengguna jalan lain di belakangnya, uniknya kebanyakan dari ‘mereka’ tetap cuek, tidak mau tahu atau justru marah ketika diklakson atau didahului. Keluar dari jalan kecil gak pake lihat2 langsung nyelonong juga kerap ditemui!!!
Nah yang ini perlu sedikit pembahasan tersendiri. Ehem.. Ehem.. Kejadian ini bukan yang pertama kali ini tapi baru beberapa hari yang lalu terjadi lagi dan nggak simpatik sama sekali! Tidak banyak orang yang tidak tahu dengan Harley Davidson, motor gede dengan suara dhuar2!! Ato glegar2!! Keren abis & mahalnya minta ampun, tapi ya tetap aja sama, motor. Saya tidak habis pikir saat pemimpin rombongan (padahal rasanya bukan rombongan, orang gak nyampe 10 motor koq) memutar balik (dari arah lawan) di by pass dekat airport dan menghentikan arus kendaraan dari arah saya dengan lampu strobo dan sirine layaknya polisi. Mereka berkendara dengan ugal2an dengan ‘pemimpinya’ yang pake sirine & lampu strobo layaknya polisi itu ‘memecah’ jalan yang sangat padat bahkan nyaris macet sore itu. Yang membuat saya tidak habis pikir (lagi), mengapa ‘oknum’ yang bukan polisi itu dibolehkan memakai aksesori polisi, mengawal rombongan layaknya polisi dan berkendara layaknya ‘pemilik jalan’??????????? Setahu saya, menurut aturan yang berlaku, yang berhak dan diperbolehkan mengawal adalah patroli pengawal (patwal) yaitu pihak kepolisian atau DLLAJ. Yang berhak dan diperbolehkan memakai sirine dan strobo (lampu kayak polisi red.. lampu biru-merah itu lho) ya hanya pihak kepolisian (termasuk juga ambulance), sebab jika masyarakat umum diperbolehkan memakainya maka semua akan memakai dan ‘minta didahulukan’, kan repot jadinya! Lha ini bukan polisi, bukan DLLAJ, apalagi ambulance, jelas2 bukan, kok bisa make? Gak dikenakan sanksi lagi!?!? Apa kalo motor ‘besar’ boleh pake? Gak adil, kan sama2 motor juga! Bagian yang bikin sebel, mereka berkendara dengan main pepet kanan-kiri supaya minggir, kira2 kalo mereka yang saya pepet lalu saya suruh minggir karena saya mau lewat mereka marah gak ya he3… Sekali lagi, gak simpatik sama sekali.
Disini saya bukan bermaksud menghakimi atau berniat menjelek-jelekkan pihak tertentu, tapi justru saya sedih karena semua kejadian-kejadian diatas adalah ‘menu’ sehari-hari. Saya cuman berpikir, jika masalah yang sederhana seperti diatas saja kita tidak bisa memperbaikinya, gimana dengan hal2 yang besar? Gak usah ngomong KKN, apalagi masalah negara! Kalo yang berakar dari diri sendiri & sederhana aja gak bisa ngatasin, jangan harap masalah yang lebih besar bisa diatasi. Mulailah berubah dari diri sendiri melalui hal2 kecil di sekeliling kita.
Terakhir. Setelah berpengalaman lebih dari 6 tahun bergelut dengan lalu-lintas Denpasar saya dapat memberikan kesimpulan berikut:
“Menyelam di seluruh perairan Indonesia. Penerbangan Jakarta – Denpasar 2x seminggu. Kompetisi Moto GP dan Formula 1. Mengikuti kompetisi downhill. Terjun payung. Main surfing, jetski, parasailing. Semua itu lebih aman dari berkendara dengan motor sehari-hari di Denpasar, sekian.”
No comments:
Post a Comment