Seperti yang telah dijanjiakan kemarin, hari ini kami harus ‘all out’ menguji coba kedua tunggangan kami. Dimulai pukul 8 pagi, selesai pukul 2 sore! Baru kelar main langsung ketik n diposting deh…
Tidur jam setengah 2 malam, bangun jam 5 pagi. Jam 8 kurang, teman2 (Davis + pasangannya & Sokran) datang Setelah sarapan + ehem2, rental toilet, kami langsung menuju target, Goa Gong.
Tiba disana, kami masih harus berjalan kaki menyisir trek yang akan kami lalui untuk menyingirkan batu dan duri yang bisa menjadi penghalang kami. Briefing sebentar, kami berdua turun bersamaan, saya di depan memandu laju, belum full speed, paling2 cuman 1/2 kecepatan penuh, pengenalan trek dulu sekalian memutuskan jalur mana yang harus diambil. Kelar, Davis melesat pertama. Hasilnya langsung out he3… Kenapa boz? Grogi ya? He3… Saya dan Davis mencoba berkali2 dan berlatih mencari jalur tercepat dan paling tepat untuk dilalui. Lintasannya tampak sepele & gampang. Tapi begitu melesat, keadaan jadi lain. Turunan tidak terlalu curam dipadu sudut turunan negatif ke kiri (lintasan miring ke kiri), kerikil dan batu lepas sebesar kepalan tangan dipadu beberapa drop2 kecil membuat Davis sering kehilangan kontrol. Ia selalu ‘lari’ ke kiri lintasan dan keluar trek. Belum genap 2 jam, ban belakang Procaliber yang dipakai Davis pecah, apes deh padahal baru diganti kemarin. Tidak masalah, masih ada sepeda saya, Reign. Kami bergantian memacunya. Eh, dasar memang lagi sial, sekarang ban depan si-Reign yang pecah setelah beberapa kali diajak jumping padahal saya memakai ban dalam standar DH keluaran Kenda. Yahhh… terpaksa saya harus pulang dan mengambil perkakas pengganti ban karena keputusannya si-Procaliber dibawa pulang saja dan ban dalamnya yang masih utuh diambil buat pengganti ban dalam Reign yang (juga) pecah!
15 menit kemudian, setelah beli makan siang, es jeruk & mengambil beberapa perkakas, saya dan Sokran tiba kembali di TKP dan langsung melaksanakan tugas mulia, mengganti ban dalam! Setelah itu, makan dulu ah! Biar abis ni bisa lebih semangat!
Benar juga, saking semangatnya kami kembali menyisir lintasan yang ada untuk memastikan tidak ada duri atau benda tajam lainnya yang menjadi penyebab hancurnya 2 ban dalam kami. Selesai menyisir, saya memutuskan untuk mencoba lintasan baru yang meskipun jaraknya sangat pendek tapi cukup curam, dan yang menyenangkan, ada bagian dimana saya harus melompat sambil sedikit berbelok sedangkan saya tidak bisa secara jelas melihat ‘landing point’! Setelah ‘terbang’ saya harus sedikit ke kiri lalu langsung ke kanan, semuanya tetap ‘full speed’! Saya lihat sebentar lintasannya, Davis menunggu di bagian bawah sebelah kiri, Sokran di kanan lintasan sambil membawa kamera. Dari garis start, saya mulai mengayuh sekuat tenaga. Semuanya berjalan lancar, kecepatan saya cukup tinggi (malah saya rasa ‘overspeed’), saya lihat gundukan tanah yang harus saya ‘hajar’ supaya saya terbang, saya lalui, sepeda terbang dengan roda depan saya angkat agak tinggi supaya saya bisa mendarat lebih lembut (soalnya gak kelihatan tempat mendaratnya boz) sambil saya belokkan ke kiri, mendarat dengan sukses sambil ‘sliding’ ke kiri TAPI…… entah bagaimana, saya kurang ke kiri dan saya sliding terlalu lebar, kemudian ban belakang saya nyangkut akar pohon di sebelah kanan lintasan. Saya hanya ingat saya terpental keras dengan wajah mengarah ke tanah terlebih dahulu! Sadar ini bakal sakit (kalo jatuh wajah duluan!) saya coba ‘memakai’ tangan kanan saya untuk menghajar tanah duluan dan berhasil! Telapak tangan saya menapak bumi diikuti siku kanan, bahu kanan dan selanjutnya saya tidak ingat hingga terakhir saya ‘tidur’ ke kiri dalam kepulan debu dan melihat sepeda saya salto, ya benar, salto, 2 kali di udara sebelum jatuh keras di dekat kaki saya dengan bagian roda depan terlebih dahulu! Bukannya kaget atau kesakitan, saya malah berteriak "Itu tadi direkam kan? Tadi kerekam kamera kan?", lalu saya tertawa. Mereka bilang saya sempat sekali ‘ditimpa’ sepeda saya sebelum ia harus terbang dan salto2 itu tadi he3… Bagian sialnya, Sokran tidak berhasil mengabadikan momen langka tersebut! Ia belum siap dengan kameranya saat saya meluncur. Saya terlalu cepat start! Yahhhh… mo gimana lagi.
Jempol kanan saya keseleo, siku kiri dan kanan ‘bocel2’ (yang kanan lebih parah), ada goresan2 di bahu kanan, punggung, pinggul kanan, betis kiri, dan beberapa tempat lainnya. Sepeda saya baik2 saja, cuma grip Funn yang baru saya beli beberapa hari yang lalu langsung ‘coel2 parah’ (sebel deh!), brake lever kiri agak bengok & babak belur, RD dan frame lecet2 (RD-nya agak parah sih) serta moncong helm 661 saya sedikit baret2 karena cium bumi. Syukur gpp mengingat saya nggak pake body protector mengingat tempat jatuhnya gak enak banget, iya kalo tanah empuk ato rumput, ini lha bukit cadas disertai tebaran batu kapur mulai sebesar kerikil hingga kepalan tangan, dan hebatnya, dari semua tempat jatuh yang ‘kira2’ enak, saya malah memilih di seonggok tebaran batu! Selama latihan, saya cuman pake pelindung helm full face 661, google Scott, sarung tangan Fox dan knee+shin guard 661. Bukannya males pake pengaman yang lain, tapi memang kenyataan gak punya!
Kelar insiden, kami masih ‘perang’ terus. Mentari yang bersinar terik bukan menjadi halangan (puanassssss polllll), saya sampai harus berkali2 melepas baju saya supaya dingin! Tidak tahu berapa bungkus es jeruk dan air mineral sudah habis kami tenggak tapi masih saja haus. Di tengah kelelahan yang kami hadapi, justru banyak hal2 lucu yang terjadi. Kami mengingat2 lagi saat beberapa kali Davis harus ‘out’ dari lintasan karena salah ambil jalur (tapi akhirnya lancar, yeeee, salut bro!) dan yang paling lucu sesaat setelah ia jumping lumayan tinggi dan harus berhenti, ia ngepot kemudian terjatuh tanpa sebab yang jelas. He3… kakinya (tulang kering) dihajar pedal, bengkak deh! Engkel kanan juga tak luput dari sasaran. Untung gak ada yang ilang ya bro he3…
Lompatan demi lompatan, nyoba jalu2 yang ada, latihan ambil jalur terus kami lakukan hingga pukul 2 sore, kami putuskan untuk pindah ke tempat di dekat kost saya untuk main2 saja sekalian latihan ‘drop off’ karena ada tempat yang lumayan menarik. Eh ternyata emang lagi nggak jodoh, dalam perjalanan, ban depan Reign saya mulai kempes lagi. Ya udah mau gimana lagi, batal deh lanjut latihan coz kehabisan stok ban dalam he3… Jadinya kami nongkrong di warung Bu Manun di dekat tempat kost saya sambil membahas beberapa insiden yang terjadi tadi, sesekali juga membayangkan betapa sakitnya tubuh kami untuk beberapa hari ke depan selain karena jatuh juga karena terbakar sinar matahari. Tidak lupa kami membeli minuman dingin untuk memberi kesejukan bagi kerongkongan kami yang sudah kering kerontang seperti gurun Sahara. Segerrrrrr !!!!!!
Tidur jam setengah 2 malam, bangun jam 5 pagi. Jam 8 kurang, teman2 (Davis + pasangannya & Sokran) datang Setelah sarapan + ehem2, rental toilet, kami langsung menuju target, Goa Gong.
Tiba disana, kami masih harus berjalan kaki menyisir trek yang akan kami lalui untuk menyingirkan batu dan duri yang bisa menjadi penghalang kami. Briefing sebentar, kami berdua turun bersamaan, saya di depan memandu laju, belum full speed, paling2 cuman 1/2 kecepatan penuh, pengenalan trek dulu sekalian memutuskan jalur mana yang harus diambil. Kelar, Davis melesat pertama. Hasilnya langsung out he3… Kenapa boz? Grogi ya? He3… Saya dan Davis mencoba berkali2 dan berlatih mencari jalur tercepat dan paling tepat untuk dilalui. Lintasannya tampak sepele & gampang. Tapi begitu melesat, keadaan jadi lain. Turunan tidak terlalu curam dipadu sudut turunan negatif ke kiri (lintasan miring ke kiri), kerikil dan batu lepas sebesar kepalan tangan dipadu beberapa drop2 kecil membuat Davis sering kehilangan kontrol. Ia selalu ‘lari’ ke kiri lintasan dan keluar trek. Belum genap 2 jam, ban belakang Procaliber yang dipakai Davis pecah, apes deh padahal baru diganti kemarin. Tidak masalah, masih ada sepeda saya, Reign. Kami bergantian memacunya. Eh, dasar memang lagi sial, sekarang ban depan si-Reign yang pecah setelah beberapa kali diajak jumping padahal saya memakai ban dalam standar DH keluaran Kenda. Yahhh… terpaksa saya harus pulang dan mengambil perkakas pengganti ban karena keputusannya si-Procaliber dibawa pulang saja dan ban dalamnya yang masih utuh diambil buat pengganti ban dalam Reign yang (juga) pecah!
15 menit kemudian, setelah beli makan siang, es jeruk & mengambil beberapa perkakas, saya dan Sokran tiba kembali di TKP dan langsung melaksanakan tugas mulia, mengganti ban dalam! Setelah itu, makan dulu ah! Biar abis ni bisa lebih semangat!
Benar juga, saking semangatnya kami kembali menyisir lintasan yang ada untuk memastikan tidak ada duri atau benda tajam lainnya yang menjadi penyebab hancurnya 2 ban dalam kami. Selesai menyisir, saya memutuskan untuk mencoba lintasan baru yang meskipun jaraknya sangat pendek tapi cukup curam, dan yang menyenangkan, ada bagian dimana saya harus melompat sambil sedikit berbelok sedangkan saya tidak bisa secara jelas melihat ‘landing point’! Setelah ‘terbang’ saya harus sedikit ke kiri lalu langsung ke kanan, semuanya tetap ‘full speed’! Saya lihat sebentar lintasannya, Davis menunggu di bagian bawah sebelah kiri, Sokran di kanan lintasan sambil membawa kamera. Dari garis start, saya mulai mengayuh sekuat tenaga. Semuanya berjalan lancar, kecepatan saya cukup tinggi (malah saya rasa ‘overspeed’), saya lihat gundukan tanah yang harus saya ‘hajar’ supaya saya terbang, saya lalui, sepeda terbang dengan roda depan saya angkat agak tinggi supaya saya bisa mendarat lebih lembut (soalnya gak kelihatan tempat mendaratnya boz) sambil saya belokkan ke kiri, mendarat dengan sukses sambil ‘sliding’ ke kiri TAPI…… entah bagaimana, saya kurang ke kiri dan saya sliding terlalu lebar, kemudian ban belakang saya nyangkut akar pohon di sebelah kanan lintasan. Saya hanya ingat saya terpental keras dengan wajah mengarah ke tanah terlebih dahulu! Sadar ini bakal sakit (kalo jatuh wajah duluan!) saya coba ‘memakai’ tangan kanan saya untuk menghajar tanah duluan dan berhasil! Telapak tangan saya menapak bumi diikuti siku kanan, bahu kanan dan selanjutnya saya tidak ingat hingga terakhir saya ‘tidur’ ke kiri dalam kepulan debu dan melihat sepeda saya salto, ya benar, salto, 2 kali di udara sebelum jatuh keras di dekat kaki saya dengan bagian roda depan terlebih dahulu! Bukannya kaget atau kesakitan, saya malah berteriak "Itu tadi direkam kan? Tadi kerekam kamera kan?", lalu saya tertawa. Mereka bilang saya sempat sekali ‘ditimpa’ sepeda saya sebelum ia harus terbang dan salto2 itu tadi he3… Bagian sialnya, Sokran tidak berhasil mengabadikan momen langka tersebut! Ia belum siap dengan kameranya saat saya meluncur. Saya terlalu cepat start! Yahhhh… mo gimana lagi.
Jempol kanan saya keseleo, siku kiri dan kanan ‘bocel2’ (yang kanan lebih parah), ada goresan2 di bahu kanan, punggung, pinggul kanan, betis kiri, dan beberapa tempat lainnya. Sepeda saya baik2 saja, cuma grip Funn yang baru saya beli beberapa hari yang lalu langsung ‘coel2 parah’ (sebel deh!), brake lever kiri agak bengok & babak belur, RD dan frame lecet2 (RD-nya agak parah sih) serta moncong helm 661 saya sedikit baret2 karena cium bumi. Syukur gpp mengingat saya nggak pake body protector mengingat tempat jatuhnya gak enak banget, iya kalo tanah empuk ato rumput, ini lha bukit cadas disertai tebaran batu kapur mulai sebesar kerikil hingga kepalan tangan, dan hebatnya, dari semua tempat jatuh yang ‘kira2’ enak, saya malah memilih di seonggok tebaran batu! Selama latihan, saya cuman pake pelindung helm full face 661, google Scott, sarung tangan Fox dan knee+shin guard 661. Bukannya males pake pengaman yang lain, tapi memang kenyataan gak punya!
Kelar insiden, kami masih ‘perang’ terus. Mentari yang bersinar terik bukan menjadi halangan (puanassssss polllll), saya sampai harus berkali2 melepas baju saya supaya dingin! Tidak tahu berapa bungkus es jeruk dan air mineral sudah habis kami tenggak tapi masih saja haus. Di tengah kelelahan yang kami hadapi, justru banyak hal2 lucu yang terjadi. Kami mengingat2 lagi saat beberapa kali Davis harus ‘out’ dari lintasan karena salah ambil jalur (tapi akhirnya lancar, yeeee, salut bro!) dan yang paling lucu sesaat setelah ia jumping lumayan tinggi dan harus berhenti, ia ngepot kemudian terjatuh tanpa sebab yang jelas. He3… kakinya (tulang kering) dihajar pedal, bengkak deh! Engkel kanan juga tak luput dari sasaran. Untung gak ada yang ilang ya bro he3…
Lompatan demi lompatan, nyoba jalu2 yang ada, latihan ambil jalur terus kami lakukan hingga pukul 2 sore, kami putuskan untuk pindah ke tempat di dekat kost saya untuk main2 saja sekalian latihan ‘drop off’ karena ada tempat yang lumayan menarik. Eh ternyata emang lagi nggak jodoh, dalam perjalanan, ban depan Reign saya mulai kempes lagi. Ya udah mau gimana lagi, batal deh lanjut latihan coz kehabisan stok ban dalam he3… Jadinya kami nongkrong di warung Bu Manun di dekat tempat kost saya sambil membahas beberapa insiden yang terjadi tadi, sesekali juga membayangkan betapa sakitnya tubuh kami untuk beberapa hari ke depan selain karena jatuh juga karena terbakar sinar matahari. Tidak lupa kami membeli minuman dingin untuk memberi kesejukan bagi kerongkongan kami yang sudah kering kerontang seperti gurun Sahara. Segerrrrrr !!!!!!
No comments:
Post a Comment