Tuesday, January 29, 2008
Martijn + Mona
Monday, January 28, 2008
Unrated & Un......
Salzbergwerk Berchtesgaden, tambang garam di Jerman, kami pakai semacam perahu menyebrangi danau garam di dalam gunung! Serem tapi keren. Ini foto di danau waktu terang benderang, truz ketika lampu dimatikan & mulailah "atraksi" visualisasi. Keren pooolllll!!!
Kiri: Mercure Kapuzinerberg Hotel, Salzburg. Sumpah, laper banget! Kanan: Graben Hotel, Vienna. Orang kurang kerjaan!
Orang2 aneh!
Kiri: Hanya kami yang tahu sejarah beberapa botol minuman ini. Graben Hotel, Vienna. Kanan: Snowy Place, somewhere in Germany.
Icad nyamain rupa!
Monday, January 21, 2008
My Dream Bike for 2008
Biarin kapasitas cuman 124.66 cc, tapi power tembus 11.0 kW (15 PS) @ 9,000 rpm. Torsi juga gede, 12.24 Nm (1,25 kg-m) @ 8,000 rpm. Heaahh... jadi tambah pengen punya... Tapi mimpi ya masih jadi mimpi coz nih motor gak dipasarin di Indonesia, cuman di Eropa & baru 'bakal' diluncurin tahun ini. Hiks2... Kok kejem banget sih Yamaha. Udah tahu pasar di Indo cinta yang gini2, eh malah gak dimasukin sini. Bikin ngiler (awas kena laptop!). Mungkin kalo masuk Indo takut gak laku, bayangin aja, dengan spek kayak gini, mo dijual berapa tuh motor? Menurut rumor yang beredar di Eropa, harganya bakal sekitar 4000 euro lebih. Oops, apa gak tembus 60 juta kalo disini? Pupus dah harapan....
Sementara ini, i cuman bisa liat2 foto2 ini & berharap-harap suatu saat bisa punya motor kayak gini or yahhh, yang lebih bagus lah. Hehehehe....
http://www.yamaha-motor-europe.com/products/motorcycles/supersport/yzf-r125.jsp
http://www.yamaha-motor-europe.com/products/motorcycles/supersport/yzf-r125.jsp?view=techspec
http://www.yamaha-motor-europe.com/designcafe/en/?Component=tcm:71-227371&PageTitle=YZF-R125:%20Full%20size%20supersport&pageNum=1
Sunday, January 20, 2008
My eTrex going nuts!
Tekan tombol power. 1X. 2X. 3X. 4X & berkali2 lagi... Nggak mo idup! Celaka nih! Punya barang bagus, gak bisa dipake. Terpaksa deh mesti diteliti lebih lanjut. Pertama2 liat2 daleman kompartemen batre, its ok, just a little bit "berkerak". Korek2 & bersihin, trus cek pake multi tester, no problemo, tapi tetep nggak mo idup. Celaka neh, mesti bongkar total kayaknya. Untung, bongkar GPS (Glaobal Positioning System) gengam ini gak susah. gak ada sekrup or baut sama sekali, just perekat n 'clip on' only.
Begitu sudah terbelah, langsung keliatan masalahnya. OOOoooo! lha konektor power dari batre udah berkerak gak karuan, untung masih bisa diselametin. Bersihin total pake 'cutter' n ampelas, main solder dikit truz langsung rakit kembali. Jadi deh!
Tes diidupin, langsung nyala... Jreng! Siap pake lagi dah.
Tuesday, January 15, 2008
Wadhoowww!!! My Leg!
Saturday, January 12, 2008
Microsoft Silverlight.
Memang masih dalam taraf Beta, tapi gak perlu kuatir, udah ada fasilitas 'auto update'-nya so bisa 'memperbaharui' diri sendiri koq. Ote!
Agak kecewa neeh...
Wednesday, January 9, 2008
It's Free!
Tuesday, January 8, 2008
Kaget.
Terpaksa main bongkar-pasang. Copot batre, copot semua sekrup & baut, langsung lepas dek bawah laptop. Lumayan susah. Bersihin & cek, gak ada masalah, so pasang lagi. Untung jalan! Selamet deh. Mumpung lagi semangat bongkar-pasang, sekalian aja benerin engsel layar yang bunyi ‘kratak-kretek’ kalo dibuka-tutup. Kelar, langsung idupin & tes lagi. Fiuuhhh… balik normal lagi.
Sunday, January 6, 2008
YPOPs!
Bagi yang demen main email tentu akan cukup terbantu dengan adanya Microsoft Outlook. Buat yang punya akun email di Yahoo.co.id gak masalah, tapi akan jadi masalah buat yang akun email-nya di Yahoo.com (sori, bukan bermaksud apa2, kebetulan i pake cuman di Yahoo.co.id ama Yahoo.com).
Yoi... Yahoo.com nggak punya opsi "akses dan penerusan POP" seperti yang dimiliki Yahoo.co.id sehingga kita gak bisa berbuat apa kecuali anda mendaftar sebagai pelanggan dengan tarif sekitar USD 19/tahun (kalo nggak salah), dengan kata lain, bagi yang mempunyai akun email 'gratis' di Yahoo.com tidak ada pilihan 'akses & penerusan POP' sehingga gak bisa 'diajak kerja sama' bareng Outlook. Tapi gak perlu kecewa dulu, sekarang udah ada aplikasi yang bisa mewujudkannya tanpa membayar alias gratis.
Aplikasi tersebut adalah YPOPs!, anda bisa langsung di download di http://www.ypopsemail.com & langsung menginstalnya di komputer anda. Memang perlu beberapa penyesuaian lagi tapi gak terlalu rumit koq. Ketika mencobanya, langsung berhasil. Intinya, beberapa penyesuaian yang perlu anda lakukan adalah sebagai berikut:
- Buka akun anda dalam Outlook.
- Pastikan bahwa anda telah memilih POP3 sebagai tipe server.
- Ubah “incoming mail server” dan “outgoing mail server” dengan: 127.0.0.1
- Ubah “server timeout” menjadi “long (10 minutes)” = ada dalam menu ”more setting” - “advanced”.
- Pastikan bahwa anda telah memilih “my outgoing server (SMTP) requires authentication” dan “use same settings as my incoming mail server” = ada dalam menu “more setting” - “outgoing server”.
- Lanjutkan & selesai.
Seharusnya, sekarang anda telah bisa terhubung dengan Yahoo.com dan mulai menerima / mengirimkan pesan anda. I tidak bertanggung jawab atas segala resiko yang ditimbulkan / dikarenakan penggunaan aplikasi ini. I hanya memberikan informasi saja. Selamat mencoba, untuk panduan lebih jelas, bantuan & keterangan lebih lanjut silahkan langsung ke: http://ypopsemail.com/index.php?name=Sections&req=viewarticle&artid=18&page=1.
Sumber: http://www.ypopsemail.com
Ride Again !
Hari ini cerah banget, angin lumayan kenceng & trek licin banget. Intinya hari ini lumayan have fun, gak bisa maksimal coz selain dah lama gak latihan, si Hilla dah kecapekan ketika kami baru mulai he3… Sempet muter2 nyari tempat2 baru or yang lebih seru, eh gak dapet juga. Akhirnya sekitar jam 1-an, pulang deh, panas baget.
Friday, January 4, 2008
Baru tau euy...
Thursday, January 3, 2008
Handsfree.
Adooohhhhh !!!!
Dari cerita2 tersebut dipadu gejala2 yang terjadi saat ini dan dibumbui tanda2 awal yang mencurigakan, sekarang saya malah didiagnosis ada kemungkinan akan terjadi sinusitis. Jika dalam 3 - 4 hari kedepan kondisi saya bertambah parah atau ada gejala demam atau gigi saya sakit lagi, saya diwajibkan untuk kembali lagi ke dokter untuk di-"rongten" memastikan bahwa tidak ada cairan dalam sinus saya. Huh... cukup menyebalkan memang, saya jadi tidak bisa pulang ke Bali beberapa hari ke depan, tapi ya mau bagaimana lagi, daripada terjadi sesuatu yang lebih buruk.
Untuk mengantisipasi kemungkinan buruk akan terjadi, saya kembali diberi bebrapa obat. Clinmas 300, Max-C 500 dan sekali lagi dapat narkoba sebagai penghilang rasa sakit, Proneuron. Capek deh!
A Little Story From The Highest.
Alkisah, ada sepasang pendaki gunung terkenal, seorang gadis & ayahnya. Mereka telah banyak menaklukkan gunung-gunung di dunia. Sekarang gadis tersebut telah berumur 20 tahun dan sang ayah 54 tahun. Saat menjelang ulang tahun ke 21 dari anak gadisnya, mereka berencana untuk merayakannya di puncak Mt. Blanc. Sebotol champagne dibawa untuk perayaan di puncak nantinya.
Segalanya berjalan lancar hingga kurang ¼ perjalanan lagi menuju puncak. Cuaca buruk menghadang. Badai besar menyebabkan jarak pandang nyaris nol, memporak-porandakan kemah mereka, melenyapkan radio komunikasi dan beberapa bekal mereka. Bukannya memutuskan untuk kembali, atas rekomendasi sang ayah, sebagai pemimpin, sang anak memutuskan untuk melanjutkan perjalanan karena mereka yakin bisa melakukannya berbekal pengalaman mereka sebelumnya. Dalam perjalanan naik, tiba-tiba, sang ayah terperosok dan jatuh ke dalam celah es yang tertutup salju. Tali yang mengikat kedua tubuh mereka nyaris membuat mereka terperosok ke dalam celah bersama, beruntung celah tidak begitu dalam sehingga sang anak tidak sampai ikut terperosok. Namun tidak demikian bagi sang ayah, kaki kanannya patah. Bukannya turun setelah insiden tersebut, sang ayah memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke puncak dengan kaki patah. Meski terlambat, mereka akhirnya tiba di puncak dan merayakan ulang tahun anak gadisnya sambil minum champagne bersama di ketinggian lebih dari 13.000 kaki. Namun mereka tidak bisa berlama-lama disana. Kondisai sang ayah yang semakin memburuk memaksa mereka harus segera turun.
Perjalanan turun menjadi begitu berat dan sulit karena kondisi sang ayah yang bertambah buruk. Sempat mengalami hipotermia, dan memasuki tengah perjalanan pulang darah mulai menggumpal di paru-paru. Sakit yang luar biasa timbul dalam diri sang ayah. Bukan sekali atau dua kali ia mengalami sesak napas dan sakit yang luar biasa pada dadanya. Penderitaan tak berhenti di sana, kakinya yang patah memperburuk keadaan. Ia tak bisa lagi berjalan atau berbicara meski masih sadar dan bisa mengerti serta mendengar anaknya senantiasa mengatakan, “bertahanlah Yah, semuanya akan baik-baik saja. Kita telah banyak mengalami hal-hal buruk, bahkan yang lebih buruk dari ini, kita pasti bisa melewatinya”.
Kondisi ini memaksa sang anak harus ‘menyeret’ ayahnya dengan kereta luncur dan entah berapa kali mereka nyaris tergelincir bersama. Dua hari lamanya sang ayah harus berteriak, mendesah dan merintih karena kesakitan sebelum akhirnya tewas hanya 20 menit dari pos perhentian terakhir yang berisi balai pengobatan, suplai makanan dan transport ke rumah sakit terdekat.
Sejak saat itu sang anak menjadi pendiam, sering menyendiri dan tertutup. Ia menyalahkan dirinya karena tidak mengambil keputusan untuk turun saat kondisi cuaca berubah menjadi buruk saat pendakian. Ia menyalahkan dirinya karena tak bisa berbuat apa-apa saat ayahnya menahan rasa sakit yang luar biasa selama 2 hari sebelum akhirnya tewas, ya tewas, hanya 20 menit sebelum pos. 20 menit bukan apa-apa jika dibandingkan 2 hari penderitaan. “Aku melihatnya Yah, aku melihatnya, kita telah sampai”. Itulah kata-kata terakhir yang ia ucapkan kepada ayahnya yang telah terbujur kaku tak bisa mendengar untuk selamanya.
Hampir lima tahun semenjak kejadian itu ia tetap belum berubah, tetap pendiam dan tertutup namun optimis. Kini ia menjadi pemandu profesional bagi pendaki gunung lainnya. Ia memimpin banyak ekspedisi berbahaya dan sulit. Kali ini ia diminta memimpin sebuah ekspedisi berbahaya ke kutub utara. Ia diminta menjadi pemandu bagi 4 orang gila yang berencana berjalan kaki melihat matahari terbit di kutub utara pada bulan Juni. Perjalanan akan memakan waktu 60 hari dari Rusia. Dari 4 orang tersebut, 3 diantaranya laki-laki berumur 25-35an tahun dan seorang pria tua berumur 54 tahun. 3 pria muda tersebut bukan masalah, mereka adalah petualang yang telah menyelesaikan berpuluh-puluh ekspedisi berbahaya. Yang menjadi masalah, pria tua itu. Bukan hanya karena umurnya, tapi juga penyakit asma yang dideritanya. Reputasinya memang tidak buruk, sebagai pria kaya raya dari Kanada, ia juga sering melakukan ekspedisi pada masa mudanya, tapi sekarang ia tidak muda lagi, ditambah penyakitnya.
Sebagai pemandu ekspedisi, sang gadis berbicara kepada sang orang tua. “Anda tentu tahu resiko apa yang anda hadapi jika anda tetap memaksa ikut ekspedisi ini. Sebagai pemandu sekaligus pemimpin, saya tidak bisa membiarkan anda ikut bersama kami meskipun anda merupakan penyandang dana dan penggagas ekspedisi ini. Kami berjanji akan terus memberi tahu kabar, posisi dan kondisi kami seperlunya”. Lalu ia menambah sedikit argumennya, “Aku pernah mengambil keputusan yang salah, saat ulang tahunku yang ke-21, aku dan ayahku mendaki Mt. Blanc sambil membawa sebotol champagne untuk merayakan ulang tahun di puncak. Cuaca buruk menghadang kami, kaki ayahku patah saat perjalanan naik, tapi kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Akhirnya, di puncak, aku minum champagne bersama ayahku untuk pertama kalinya pada ketinggian lebih dari 13.000 kaki. Itu merupakan momen terindah dalam hidupku. Saat perjalanan pulang keadaan begitu buruk, ayah mengalami hipotermia, kemudian darah beku mulai mengisi paru-parunya. Aku menyeretnya turun dengan kereta luncur selama dua hari. Dua hari itu pula ia mengalami kesakitan yang tak terbayangkan olehku. 20 menit sebelum pos terakhir dimana seharusnya ia bisa diselamatkan, ayahku tewas. Aku tidak bisa mengambil resiko seperti itu.”
Namun, pria tua itu justru menjawab dengan tenang:
“Aku telah melewati banyak kesenangan dan kesedihan. Bila aku harus mati dalam ekspedisi ini, tidak ada yang akan menangisi diriku. Aku tidak punya istri dan anak. Sudara-saudarakupun tidak mau tahu dengan keadaanku. Uang tak bisa memuaskanku lagi. Satu- satunya kegembiraan yang bisa kuperoleh ketika aku bisa melakukan ekspedisi ini dan berhasil menyelesaikannya. Aku tidak peduli jika aku menahan rasa sakit atau harus mati sekalipun di tengah perjalanan.
Menurutmu, apa yang dipikirkan ayahmu saat itu? Sakit yang tak tertahankan selama 2 hari atau merayakan ulang tahun sambil minum champagne bersama anaknya di ketinggian lebih dari 13.000 kaki?”
Sang gadis tertunduk sejenak, kemudian memandang orang tua itu lalu tersenyum, senyum pertama setelah lima tahun ia tak pernah ia tersenyum seperti itu. Beberapa saat ia hanya terdiam memandang sang orang tua lalu memeluknya. “Ayo, kita tidak punya banyak waktu”, katanya. Tapi kali ini bukan dengan wajah muram dan hati dinginnya. Ia melangkah dengan semangat, harapan dan jiwa baru.
Ini adalah petualangan ke 107-nya, namun ia melangkahkan kakinya dengan pikiran sama dengan ketika ia pertama kali melakukan pendakian bersama ayahnya saat ia berumur 4 tahun, tanpa beban, karena kini ia tahu bahwa, ia-pun akan mengambil keputusan yang sama jika dalam posisi sang ayah.
Tak ada rasa sakit sedikitpun yang terbesit pada bibirnya ketika ia tewas. Yang ada hanya kebahagiaan, bahagia karena telah melihat hal terindah dalam hidupnya, yaitu melihat putri tunggalnya tumbuh menjadi pribadi luar biasa yang baru saja diajaknya minum bersama di puncak kejayaan, bahagia karena ia tewas ketika melakukan sesuatu yang amat dicintainya dan bahagia karena ia tahu berada di tangan yang tepat masa-masa tersulit serta detik-detik terakhir dalam hidupnya.